Desa Cangaan terletak di bantaran Bengawan Solo, Pada Tahu 1700 san saat pecahnya perang Diponegoro salah satu bala tentara Diponegoro yang bernama Kyro Yudo melarikan diri lewat aliran Bengawan Solo hingga terdampat di tlatah Desa Cangaan , yang kini menjadi sebutan sebuah desa di tepian Bengawan Solo. Bahwa Kyro Yudo adalah sesosok manusia yang taat menjalankan kewajibannya terhadap sang Khaliq , dengan itu ia berupaya mendirikan Suro’o ( Mushola ) yang berada di tengah – tengah desa yang kini sebutannya menjadi Masjid Jami’ ” NURUL HUDA ” hingga dijawatan Purbakala bahwa masjid ini merupakan Masjid tertua di Kabupaten Bojonegoro.
Selain itu pada waktu Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno datang di Bojonegoro , Pemerintah Bojonegoro pernah meminjam Permadani ( babut / karpet ) milik Masjid Jami’ tersebut . Di Zaman Kolonial Belanda Desa Cangaan merupakan pusat perdagangan tembakau di kawasan Bojonegoro, ini dapat dibuktikan dengan adanya bekas – bekas peninggalan bangunan ala Arsitektur Belanda dan Cina. Tlatah atau Bumi Desa Cangaan mempnyai luas 177 Ha dengan jumlah penduduk 2.505 Jiwa dengan rincian Penduduk laki – laki berjumlah 1.274 jiwa , Penduduk Perempuan 1.231 Jiwa dengan Jumlah Kepala Keluarga 645 KK . Jalan Poros Desa 3.100 m dan jalan Lingkungan sepanjang 4.700 m.
Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat adalah sebagai berikut :